Artikel

Homepage/artikel

/mitos-vs-fakta-imunisasi-membongkar-kesalahpahaman-dan-menyajikan-kebenaran

Mitos vs Fakta Imunisasi: Membongkar Kesalahpahaman dan Menyajikan Kebenaran

Wednesday, 24th July 2024

by Admin

WhatsApp Image 2024-07-24 at 18.51.21.jpeg

Imunisasi adalah salah satu pencapaian terbesar dalam bidang kesehatan masyarakat. Namun, meskipun manfaatnya jelas, masih banyak loh mitos yang menyesatkan seputar imunisasi beredar di masyarakat.

Imuners pasti nggak asing dengan selentingan-selentingan tidak menyenangkan ketika mau imunisasi, apalagi di kondisi pandemi COVID-19 kemarin.

Di artikel kali ini, kita bakalan membahas beberapa mitos umum tentang imunisasi dan memberikan fakta berdasarkan bukti ilmiah untuk membantu meluruskan kesalahpahaman yang sering kita dengar di masyarakat.

Mitos 1: Imunisasi Menyebabkan Penyakit

Banyak orang percaya bahwa vaksin dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya mereka cegah. Misalnya, ada anggapan bahwa vaksin flu bisa menyebabkan flu.

Sentimen semacam ini akhirnya membuat banyak orang yang kurang paham dengan imunisasi memutuskan untuk tidak melakukan imunisasi sama sekali karena takut malah menjadi sakit.

Fakta: Imunisasi Mencegah Penyakit, Bukan Menyebabkannya

Faktanya, vaksin flu yang disuntikkan menggunakan virus yang telah mati atau inaktif, sehingga tidak bisa menyebabkan flu.

Reaksi seperti demam ringan atau nyeri di tempat suntikan adalah tanda bahwa tubuh sedang membangun kekebalan, bukan tanda penyakit.

Mitos 2: Imunisasi Tidak Diperlukan Jika Sudah Sehat

Mungkin Imuners pernah denger sentimen “buat apa sih orang sehat di-imunisasi”, padahal fungsi imunisasi itu membangun kekebalan bukan menyembuhkan.

Fakta: Imunisasi Penting untuk Semua Orang, Baik yang Sehat Maupun yang Rentan

Kesehatan tubuh yang baik tidak menjamin kebal terhadap penyakit menular. Imunisasi membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi spesifik.

Bahkan orang yang sehat pun perlu diimunisasi untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain, termasuk mereka yang tidak bisa divaksinasi karena alasan medis.

Mitos 3: Vaksin Mengandung Bahan Berbahaya

Beberapa orang khawatir tentang bahan tambahan dalam vaksin, seperti merkuri, formaldehida, atau aluminium dapat menyebabkan gangguan medis bagi penggunanya.

Fakta: Vaksin Telah Diuji dan Terbukti Aman

Meskipun bahan-bahan ini terdengar menakutkan, mereka digunakan dalam jumlah yang sangat kecil dan terbukti aman melalui penelitian bertahun-tahun.

Organisasi kesehatan global, seperti WHO dan CDC, memastikan bahwa semua vaksin yang disetujui telah melalui pengujian ketat dan aman untuk digunakan.

Mitos 4: Vaksin Dapat Menyebabkan Autisme

Mitos mengenai imunisasi dapat menyebabkan autisme sudah ada cukup lama. Banyak yang kahawatir kalau kandungan bahan kimia pada vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak.

Fakta: Tidak Ada Bukti Ilmiah yang Mendukung Klaim Ini

Mitos ini berasal dari studi yang telah dibantah dan ditarik kembali oleh penulisnya. Penelitian ilmiah yang dilakukan setelahnya tidak menemukan kaitan antara vaksin dan autisme.

Organisasi kesehatan dunia, termasuk WHO, CDC, dan banyak lainnya, telah mengkonfirmasi bahwa vaksin aman dan tidak menyebabkan autisme.

Mitos 5: Imunisasi Hanya Penting untuk Anak-anak

Banyak yang berpendapat kalau vaksin hanya diperlukan bagi anak-anak saja karena anak-anak lebih beresiko terkena penyakit menular ketimbang orang dewasa.

Orang dewasa dianggap sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik dan tidak perlu tambahan rangsangan imun dari vaksin.

Fakta: Imunisasi Penting untuk Semua Usia

Meskipun banyak vaksin diberikan pada masa kanak-kanak, orang dewasa juga memerlukan imunisasi untuk perlindungan seumur hidup.

Proses imunisasi merangsang sistem kekebalan tubuh terhadapa penyakit tertentu, jadi pada saat terpapar dengan penyakit tersebut nantinya tubuh sudah memiliki respon kekebalan yang cukup baik.

Vaksin seperti flu, HPV, dan pneumokokus direkomendasikan untuk orang dewasa. Selain itu, beberapa vaksin yang diterima saat kecil memerlukan booster untuk menjaga kekebalan sepanjang hidup.

Mitos 6: Penyakit yang Dicegah oleh Vaksin Sudah Tidak Ada Lagi

Banyak yang berpikiran bahwa penyakit yang dicegah dengan vaksin sudah tidak ada lagi, dan merasa kalau vaksin tidak harus dilakukan.

Fakta: Penyakit yang Dicegah oleh Vaksin Masih Ada dan Dapat Muncul Kembali

Beberapa penyakit yang dicegah oleh vaksin memang sudah sangat jarang, tetapi tidak sepenuhnya hilang.

Misalnya, polio masih ada di beberapa negara, dan wabah campak bisa terjadi jika cakupan vaksinasi menurun. Imunisasi tetap penting untuk menjaga agar penyakit-penyakit ini tidak kembali mewabah.

Ditambah lagi mobilitas masyarakat yang sudah sangat tinggi. Kemungkinan terpapar penyakit menular dari negara lain menjadi sangat mungkin.

Mitos 7: Terlalu Banyak Vaksin Bisa Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh

Imuners mungkin pernah mendengar kalau kebanyakan imunisasi bisa melemahkan daya tahan tubuh karena tubuh kita terpapar terlalu banyak penyakit.

Fakta: Sistem Kekebalan Tubuh Dapat Mengelola Banyak Vaksin

Tubuh manusia terpapar ribuan antigen setiap hari. Vaksin hanya mengandung sebagian kecil dari antigen tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa menerima beberapa vaksin sekaligus tidak membebani sistem kekebalan tubuh. Malahan, memberikan beberapa vaksin dalam satu kunjungan dapat memastikan bahwa anak-anak mendapatkan perlindungan secepat mungkin.

Mitos 8: Imunisasi Tidak Efektif Sepenuhnya

Banyak opini yang menyebutkan kalau percuma divaksin karena tidak menjamin 100% terhindar dari penyakit tertentu.

Fakta: Imunisasi Sangat Efektif dalam Mencegah Penyakit

Memang benar tidak ada vaksin yang 100% efektif, tetapi kebanyakan vaksin sangat efektif. Sebagai contoh, dua dosis vaksin MMR (campak, gondongan, rubella) efektif lebih dari 97% dalam mencegah campak.

Bahkan jika seseorang yang telah divaksinasi terinfeksi, penyakitnya biasanya lebih ringan dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksinasi.

Jadi fungsi vaksin bukan hanya mencegah terpapar penyakit tertentu, tapi bisa juga meringankan gejala yang diderita ketika terkena penyakit tersebut.

Mitos 9: Imunisasi Alamiah Lebih Baik daripada Vaksinasi

Mitos lain soal imunisasi yang sering didengar adalah imun alami dari paparan langsung dengan penyakit lebih baik ketimbang harus dirangsang oleh vaksin.

Fakta: Risiko Imunisasi Alamiah Lebih Besar daripada Vaksinasi

Imunisasi alamiah, yaitu terinfeksi dan sembuh dari penyakit, bisa memberikan kekebalan. Namun, risiko yang ditimbulkan, seperti komplikasi serius dan kematian, jauh lebih besar dibandingkan dengan risiko vaksinasi.

Vaksinasi memberikan cara yang aman untuk mendapatkan kekebalan tanpa harus menderita akibat penyakit.

Mitos 10: Vaksin Berbahaya Jika Diberikan Terlalu Dini pada Bayi

Masih banyak orangtua yang ragu untuk memberikan vaksin bagi anaknya karena mereka merasa kalau sistem imun bayi masih belum sempurna dan masih sangat rentan terkena penyakit.

Fakta: Imunisasi Dini Memberikan Perlindungan Awal yang Penting

Bayi sangat rentan terhadap penyakit menular karena sistem kekebalan mereka belum sepenuhnya berkembang.

Jadwal vaksinasi dirancang untuk memberikan perlindungan sedini mungkin. Menunda vaksinasi justru meningkatkan risiko bayi terkena penyakit serius yang bisa dicegah.

Kesimpulan

Imunisasi adalah alat penting dalam melindungi kesehatan masyarakat. Mitos-mitos yang beredar seringkali didasarkan pada informasi yang tidak akurat atau ketakutan yang tidak beralasan.

Fakta ilmiah menunjukkan bahwa vaksin aman, efektif, dan penting untuk mencegah penyebaran penyakit menular.

Untuk Imuners yang ingin mengikuti program imunisasi, bisa langsung datang ke klinik Imunicare terdekat dan konsultasikan jenis imunisasi yang ingin diambil.

Yuk terus mendukung program imunisasi dan berbagi informasi yang benar berdasarkan bukti ilmiah. Dengan begitu, kita dapat menjaga kesehatan bersama dan menciptakan dunia yang lebih aman dari ancaman penyakit menular.