Artikel

Homepage/artikel

/mengapa-rebahan-bisa-memicu-jantungan-ini-penjelasan-medisnya

Mengapa Rebahan Bisa Memicu Jantungan? Ini Penjelasan Medisnya

Friday, 19th December 2025

by Admin

rebahan memicu jantungan.webp

Rebahan sering dianggap aktivitas paling aman. Tidak menguras tenaga, tidak membuat napas terengah, dan identik dengan istirahat. Namun, tidak sedikit orang yang justru merasakan jantung berdebar, dada terasa tidak nyaman, bahkan sensasi seperti “jantungan” saat sedang rebahan.

Sekilas terdengar tidak masuk akal. Tetapi secara medis, kondisi ini bisa terjadi dan memiliki penjelasan ilmiah yang jelas. Rebahan memang bukan penyebab utama, tetapi posisi tubuh ini dapat memicu reaksi tertentu pada sistem jantung dan saraf, terutama pada orang dengan faktor risiko tertentu.

Apa yang Dimaksud dengan Jantungan Secara Medis?

Istilah jantungan bukan istilah medis resmi. Dalam dunia kesehatan, keluhan ini biasanya merujuk pada:

  • Palpitasi jantung , yaitu sensasi jantung berdebar, berdegup kencang, atau terasa meloncat
  • Aritmia , gangguan irama jantung yang tidak teratur
  • Perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba

Keluhan ini bisa berlangsung singkat atau berulang, dan sering kali terasa lebih jelas saat tubuh berada dalam kondisi diam, termasuk saat rebahan.

Mengapa Rebahan Bisa Memicu Jantungan?

Secara medis, ada beberapa mekanisme yang menjelaskan mengapa jantung berdebar bisa muncul saat rebahan.

1. Perubahan Posisi Tubuh Mempengaruhi Aliran Darah

Saat seseorang beralih dari posisi duduk atau berdiri ke posisi rebahan, distribusi darah dalam tubuh berubah. Darah lebih mudah kembali ke jantung karena pengaruh gravitasi berkurang.

Pada sebagian orang, kondisi ini dapat menyebabkan:

  • Jantung memompa lebih cepat untuk menyesuaikan volume darah
  • Detak jantung terasa lebih kuat dan jelas

Perubahan ini sebenarnya normal, tetapi pada individu yang sensitif, sensasi tersebut bisa dirasakan sebagai jantungan.

2. Aktivasi Sistem Saraf Otonom

Jantung dikontrol oleh sistem saraf otonom, yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Saat rebahan, terutama setelah aktivitas fisik atau stres emosional, sistem ini bisa mengalami ketidakseimbangan.

Akibatnya:

  • Detak jantung menjadi lebih cepat
  • Irama jantung terasa tidak teratur
  • Muncul sensasi tidak nyaman di dada

Inilah alasan mengapa jantungan sering muncul saat tubuh seharusnya sedang beristirahat.

3. Pengaruh Asam Lambung (GERD)

Salah satu penyebab paling sering dan kerap disalahartikan sebagai gangguan jantung adalah penyakit asam lambung atau GERD.

Saat rebahan:

  • Asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan
  • Saraf vagus yang berdekatan dengan jantung ikut teriritasi

Kondisi ini dapat memicu:

  • Jantung berdebar
  • Dada terasa sesak atau panas
  • Sensasi cemas mendadak

Meski tidak berasal dari jantung, gejalanya bisa sangat mirip dengan jantungan.

4. Stres, Cemas, dan Panic Attack

Rebahan sering kali menjadi momen ketika pikiran mulai aktif. Pada orang dengan tingkat stres atau kecemasan tinggi, kondisi diam justru membuat tubuh lebih “peka” terhadap detak jantung.

Secara medis, kecemasan dapat:

  • Meningkatkan hormon adrenalin
  • Mempercepat denyut jantung
  • Memicu palpitasi tanpa gangguan jantung struktural

Inilah yang membuat jantungan saat rebahan sering berkaitan dengan faktor psikologis.

5. Kondisi Medis yang Memburuk Saat Rebahan

Beberapa kondisi kesehatan memang cenderung menimbulkan gejala lebih jelas saat berbaring, seperti:

  • Gangguan irama jantung
  • Gagal jantung
  • Anemia
  • Gangguan tiroid
  • Sleep apnea

Pada kondisi ini, rebahan bukan penyebab utama, tetapi memperlihatkan gejala yang sebelumnya tidak terasa saat beraktivitas.

Apakah Jantungan Saat Rebahan Berbahaya?

Sebagian besar kasus tidak berbahaya dan bersifat sementara. Namun, kondisi ini perlu diwaspadai jika disertai:

  • Nyeri dada menjalar ke lengan, leher, atau rahang
  • Sesak napas berat
  • Pusing hebat atau pingsan
  • Detak jantung sangat cepat atau tidak teratur dalam waktu lama

Gejala tersebut bisa mengindikasikan masalah jantung yang lebih serius dan membutuhkan pemeriksaan medis segera.

Siapa yang Lebih Berisiko Mengalami Jantungan Saat Rebahan?

Risiko lebih tinggi dialami oleh orang yang:

  • Mengonsumsi kafein berlebihan
  • Kurang tidur atau sering begadang
  • Memiliki riwayat GERD
  • Mudah cemas atau mengalami gangguan kecemasan
  • Memiliki penyakit jantung atau tekanan darah
  • Jarang berolahraga

Mengetahui faktor risiko membantu mencegah keluhan muncul berulang.

Cara Mencegah Jantungan Saat Rebahan

Beberapa langkah sederhana yang disarankan secara medis antara lain:

  • Tidak langsung rebahan setelah makan
  • Mengurangi konsumsi kopi, teh, dan minuman energi
  • Mengelola stres dengan teknik relaksasi
  • Tidur dengan posisi miring kiri jika memiliki keluhan lambung
  • Melakukan olahraga ringan secara rutin
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan jika keluhan sering muncul

Perubahan gaya hidup seringkali cukup efektif mengurangi keluhan jantung berdebar.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan ke dokter jika:

  • Jantungan terjadi berulang tanpa pemicu jelas
  • Keluhan semakin sering atau semakin berat
  • Disertai gejala serius seperti nyeri dada atau pingsan

Pemeriksaan seperti EKG atau tes darah dapat membantu menentukan penyebab pastinya.

Kesimpulan

Secara medis, rebahan memang bisa memicu sensasi jantungan, bukan karena aktivitasnya berbahaya, tetapi karena perubahan posisi tubuh, pengaruh sistem saraf, kondisi lambung, hingga faktor psikologis.

Mendengarkan sinyal tubuh dan memahami penyebabnya adalah langkah penting untuk mencegah kekhawatiran berlebihan sekaligus menjaga kesehatan jantung.

Sumber: