Wednesday, 13th August 2025
by Admin
Imuners mungkin udah sering denger soal autoimun, tapi apa Imuners udah tau juga kalo ternyata ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang keliatannya sepele justru bisa jadi pemicu sekaligus memperparah kondisi ini?
Kebiasaan buruk sering kali disepelekan, tapi jika dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama akibatnya bisa sangat fatal, termasuk menjadi pemicu dan memperparah kondisi autoimun.
Kebiasaan-kebiasaan apa saja sih yang bisa menjadi pemicu atau bisa memperparah kondisi autoimun? Yuk, simak pembahasan selengkapnya berikut ini!
Penyakit autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit, justru menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Pada keadaan normal, sistem kekebalan tubuh akan mengenali bakteri, virus, dan patogen lain sebagai ancaman dan berusaha untuk menghilangkannya.
Akan tetapi, pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh keliru mengenali bagian tubuh sendiri sebagai ancaman, sehingga mengarah pada peradangan dan kerusakan pada jaringan tubuh.
Penyakit autoimun bisa menyerang berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, otak, dan organ lainnya.
Gejala yang muncul pun bervariasi, mulai dari kelelahan, nyeri sendi, hingga gangguan pada organ tertentu.
Penyebab pasti penyakit autoimun belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu atau memperburuk kondisi ini.
Faktor-faktor tersebut dapat berhubungan dengan genetik, lingkungan, gaya hidup, dan bahkan kebiasaan sehari-hari.
Kali ini, kita akan membahas beberapa faktor yang dapat memicu penyakit autoimun, berikut ini penjelasan selengkapnya.
Salah satu pemicu utama penyakit autoimun adalah infeksi, baik itu yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Ketika tubuh terinfeksi oleh patogen, sistem kekebalan akan berusaha untuk melawan dan menghilangkan infeksi tersebut.
Dalam beberapa kasus, infeksi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan mulai menyerang jaringan tubuh yang sehat setelah infeksi tersebut sembuh.
Contohnya seperti infeksi yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Infeksi dari virus ini telah banyak dikaitkan dengan penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan multiple sclerosis (MS).
Selain itu, infeksi bakteri seperti streptokokus juga diketahui dapat memicu kondisi autoimun seperti rheumatoid arthritis.
Infeksi virus atau bakteri yang berlangsung lama (kronis) dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu sensitif dan mudah keliru dalam mengenali tubuh sebagai ancaman.
Maka dari itu, ada baiknya untuk sebisa mungkin menghindari terjadinya infeksi baik oleh virus maupun bakteri.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir serangan virus atau bakteri Adalah dengan rutin update imun.
Stres bukan hanya berpengaruh pada kesehatan mental, tetapi juga bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin, yang bisa memengaruhi keseimbangan sistem kekebalan tubuh secara umum.
Stres yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan produksi sitokin inflamasi, sebuah zat yang memicu peradangan dalam tubuh.
Peradangan kronis akibat stres berlebihan dapat memengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terjadinya gangguan autoimun.
Stres juga dapat memperburuk gejala pada individu yang sudah memiliki penyakit autoimun, seperti lupus atau rheumatoid arthritis.
Oleh karena itu, mengelola stres dengan baik sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Faktor genetik diketahui memiliki peran yang sangat besar dalam penyakit autoimun.
Ketika seseorang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit autoimun, kemungkinan mereka juga akan lebih rentan terkena kondisi serupa.
Meski tidak semua orang dengan riwayat keluarga autoimun pasti mengalami hal yang sama, penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara genetika dan kecenderungan seseorang untuk terkena gangguan autoimun.
Misalnya, penyakit seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan multiple sclerosis lebih sering ditemukan pada orang yang memiliki anggota keluarga yang juga menderita penyakit autoimun.
Paparan terhadap bahan kimia berbahaya atau racun tertentu di lingkungan dapat meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit autoimun.
Berbagai bahan kimia, seperti pestisida, logam berat, dan zat kimia industri, dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
Zat-zat ini dapat memengaruhi cara tubuh merespons ancaman, yang dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lebih aktif dan mulai menyerang jaringan tubuh sendiri.
Misalnya, paparan merkuri, yang ditemukan dalam beberapa jenis ikan dan produk industri, telah dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit autoimun.
Demikian juga, paparan terhadap pestisida dan bahan kimia lainnya yang ditemukan di rumah atau tempat kerja dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain paparan bahan kimia berbahaya, polusi udara dan polutan lingkungan lainnya juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Paparan polusi udara yang mengandung partikel halus atau gas berbahaya dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh yang kemudian memperburuk fungsi sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa polusi udara dapat memicu atau memperburuk penyakit autoimun tertentu, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
Paparan terhadap zat-zat ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan autoimun pada individu yang sudah memiliki predisposisi genetik.
Makanan tinggi gula jika dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh, salah satunya adalah meningkatkan peradangan.
Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan lonjakan kadar insulin dalam darah, yang dapat memicu peradangan kronis.
Peradangan ini kemudian dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan beresiko menyebabkan gangguan autoimun pada beberapa individu.
Selain itu, gula juga dapat merusak keseimbangan mikrobiota usus yang berperan penting dalam mengatur sistem kekebalan tubuh.
Ketidakseimbangan mikrobiota usus dapat memicu respons imun yang berlebih dan meningkatkan peradangan, yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi autoimun.
Tidur yang cukup adalah salah satu faktor kunci untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat.
Ketika kita tidur, tubuh melakukan perbaikan dan pemulihan, serta menjaga keseimbangan hormon yang sangat penting bagi sistem kekebalan.
Kurang tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk dapat memengaruhi fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko peradangan.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mempengaruhi produksi sel-sel imun dan meningkatkan kadar hormon stres, yang keduanya dapat memperburuk gejala penyakit autoimun atau memicu gangguan autoimun pada individu yang rentan.
Dengan tidur yang cukup, tubuh memiliki kesempatan untuk mengatur sistem kekebalan agar tetap seimbang.
Penyakit autoimun adalah kondisi kompleks yang melibatkan interaksi berbagai faktor.
Meskipun faktor genetik memegang peranan penting dalam kerentanannya, faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup juga memiliki dampak yang tidak kalah signifikan.
Dengan mengelola faktor-faktor pemicu ini dengan baik, kita bisa membantu mencegah atau mengurangi risiko penyakit autoimun.
Menjaga tubuh tetap sehat dan menjalani gaya hidup yang seimbang adalah langkah terbaik yang bisa kita ambil untuk menghindari berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit autoimun.
Sumber
13th August 2025
13th August 2025
8th August 2025