Artikel

Homepage/artikel

/ancaman-polio-di-depan-mata-jangan-sampai-anak-kita-jadi-korban-cegah-dengan-imunisasi-menyeluruh

Ancaman Polio di Depan Mata, Jangan Sampai Anak Kita Jadi Korban! Cegah dengan Imunisasi Menyeluruh!

Monday, 11th August 2025

by Admin

ancaman-polio.webp

Imuners akhir-akhir ini mungkin jadi lebih sering denger soal polio, padahal beberapa tahun ke belakang Indonesia sudah ditetapkan bebas dari penyakit menular mematikan ini.

Naiknya pembahasan dan pemberitaan polio akhir-akhir ini bukan tanpa sebab. Hal ini terjadi karena kasus polio kembali muncul di beberapa daerah di Indonesia.

Banyak faktor yang menyebabkan penyakit ini bisa kembali muncul dan jadi ancaman di Indonesia, salah satunya terkait program imunisasi yang sempat terhambat di masa pandemi.

Apa saja sebenarnya faktor-faktor yang menyebabkan polio bisa kembali muncul di Indonesia? Apa upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk melindungi keluarga kita dari ancaman ini? Berikut ini pembahasan selengkapnya.

Indonesia Pernah Bebas Polio, Tapi Ancaman Belum Hilang

Indonesia pernah merayakan keberhasilan besar pada tahun 2014, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan negeri ini bebas dari polio.

Di tahun itu, tidak ada lagi kasus polio liar atau wild poliovirus (WPV) yang ditemukan. Akan tetapi, rasa lega tersebut rupanya tidak bertahan lama.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia kembali dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa polio belum benar-benar pergi dari negeri ini.

Kasus-kasus baru bermunculan, bukan dari virus liar, melainkan dari virus yang dikenal sebagai circulating vaccine-derived poliovirus atau cVDPV.

Fenomena ini terjadi ketika virus polio beredar di masyarakat dengan cakupan imunisasi rendah, bereplikasi, dan bermutasi menjadi varian yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

Kasus-Kasus Polio Baru di Indonesia

Salah satu kasus polio yang paling menggemparkan terjadi pada tahun 2022 hingga 2023 di Aceh. Empat anak terkonfirmasi mengalami kelumpuhan akibat polio.

Hal ini terbilang mengejutkan karena Indonesia sudah bertahun-tahun bebas polio, namun celah dalam cakupan imunisasi membuat virus bisa kembali menyebar.

Tidak lama berselang, kasus serupa muncul di Jawa Barat. Bahkan, pada akhir 2023 hingga awal 2024, ditemukan lagi kasus baru di Jawa Tengah dan Pamekasan, Madura.

Salah satu kasus ini dialami oleh seorang anak perempuan berusia 6 tahun di Klaten, Jawa Tengah, yang mengalami kelumpuhan setelah bepergian ke Madura.

Investigasi WHO menemukan bahwa di wilayah tersebut, cakupan imunisasi polio kurang dari 90 persen, jauh di bawah ambang batas minimal 95 persen yang diperlukan untuk mencapai kekebalan kelompok.

Kasus lain melibatkan balita laki-laki berusia 1 tahun di Madura yang juga belum mendapatkan imunisasi polio lengkap.

Temuan ini menegaskan bahwa penurunan cakupan imunisasi menjadi faktor utama yang membuat polio kembali mengintai.

Selain kasus-kasus yang sudah menyebabkan kelumpuhan, surveilans lingkungan juga menemukan keberadaan virus polio tipe 2 di beberapa lokasi, termasuk sampel air sungai di Bangkalan, Jawa Timur.

Hal ini menunjukkan bahwa virus masih beredar secara diam-diam meski tidak selalu menimbulkan gejala klinis.

Sistem pemantauan kasus acute flaccid paralysis (AFP) yang diterapkan pemerintah Indonesia sebenarnya sudah baik dengan tingkat pelaporan yang melampaui standar WHO.

Kasus ini mengingatkan bahwa masih ada anak-anak yang beresiko terinfeksi polio jika tidak segera mendapatkan imunisasi.

Kenapa Cakupan Imunisasi Menurun?

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya cakupan imunisasi polio.

Pertama, pandemi COVID-19 membuat fokus pelayanan kesehatan beralih hampir sepenuhnya untuk penanganan wabah tersebut.

Banyak program imunisasi rutin terganggu sehingga jumlah anak yang terlindungi lengkap dari polio berkurang.

Kedua, hoaks dan informasi keliru tentang imunisasi polio tersebar luas di media sosial.

Misalnya, ada narasi yang menyebut vaksin polio jenis baru (nOPV2) justru menyebabkan wabah.

Padahal, klaim ini salah besar. WHO, UNICEF, dan Kementerian Kesehatan RI sudah menegaskan bahwa vaksin nOPV2 aman dan direkomendasikan secara global untuk menanggulangi wabah cVDPV2.

Akan tetapi, ketakutan dan keraguan yang ditimbulkan oleh hoaks membuat sebagian orang tua menolak atau menunda imunisasi anak mereka.

Kondisi ini menciptakan kesenjangan besar dalam kekebalan kelompok yang sangat dibutuhkan untuk memutus rantai penularan polio.

Upaya Pemerintah dan Organisasi Kesehatan Dunia

Ketika kasus baru terdeteksi, pemerintah Indonesia bersama WHO dan UNICEF sudah melakukan langkah darurat berupa Supplementary Immunization Activities (SIA).

Program ini dilakukan dengan memberikan vaksin nOPV2 secara massal kepada anak usia 0 hingga 7 tahun di wilayah terdampak dan sekitarnya.

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, cakupan SIA bahkan mencapai lebih dari 100 persen dari target, berkat sweeping dan pemeriksaan ulang data lapangan. Akan tetapi, tidak semua wilayah mencapai hasil optimal.

Di Sleman, misalnya, cakupan imunisasi tambahan sempat berada di bawah 80 persen pada putaran pertama.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sekalipun ada respon cepat, keberhasilan jangka panjang tetap bergantung pada kesadaran masyarakat dan kelengkapan imunisasi rutin sejak bayi.

Cara Pencegahan Polio Melalui Imunisasi

Polio sebenarnya dapat dicegah sepenuhnya melalui program imunisasi lengkap.

Indonesia saat ini menggunakan kombinasi vaksin bOPV (oral) dan IPV (injeksi) dalam jadwal imunisasi rutin.

Anak-anak dijadwalkan menerima empat dosis bOPV yang melindungi dari virus polio tipe 1 dan 3, ditambah dua dosis IPV yang memberikan perlindungan lebih lengkap termasuk terhadap tipe 2.

Dengan kombinasi ini, perlindungan pada anak bisa mencapai 99 persen terhadap ketiga jenis virus polio tersebut.

Akan tetapi, angka ini hanya berlaku jika anak benar-benar menerima seluruh dosis sesuai jadwal.

Sering kali orang tua lalai melengkapi imunisasi anaknya, atau ada kesalahan pencatatan sehingga sebagian anak terlewat.

Hal ini lah yang mengekibatkan celah imunisasi yang bisa dimanfaatkan virus polio untuk kembali menyebar.

Imunisasi Polio untuk Orang Dewasa

Perlu dipahami bahwa imunisasi polio bukan hanya penting bagi anak-anak, orang dewasa yang tidak pernah melakukan imunisasi atau belum melengkapinya juga berisiko tertular dan menularkan polio.

Menurut rekomendasi WHO dan CDC, setiap orang dewasa yang belum diimunisasi harus menerima tiga dosis vaksin polio inaktif (IPV).

Dosis pertama dapat diberikan kapan saja, dosis kedua diberikan 1 hingga 2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis kedua.

Jika seseorang membutuhkan perlindungan lebih cepat, misalnya karena akan bepergian ke daerah dengan wabah polio, jadwal imunisasi bisa dipercepat dengan interval minimal 4 minggu antar dosis.

Setelah menyelesaikan tiga dosis, lebih dari 99 persen orang dewasa akan memiliki kekebalan terhadap polio seumur hidup.

Untuk mereka yang sudah diimunisasi lengkap saat kecil, tidak diperlukan imunisasi tambahan kecuali beresiko tinggi terkena paparan, seperti pekerja laboratorium, tenaga kesehatan, atau pelancong ke negara dengan polio aktif.

Dalam kondisi tersebut, satu dosis booster IPV sekali seumur hidup sudah cukup.

Mengapa Upaya Pencegahan Sangat Penting

Polio merupakan penyakit yang sangat menular. Virus polio menyebar terutama melalui rute fekal-oral, yakni dari kotoran yang mencemari air atau makanan, dan kemudian masuk ke tubuh orang lain.

Di lingkungan dengan sanitasi buruk, virus bisa menyebar dengan cepat. Banyak orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali, namun mereka dapat membawa virus dan menularkannya ke orang lain yang belum kebal.

Ketika virus masuk ke sistem saraf, terutama ketika virus ini menyerang sel saraf motorik, ia dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dalam hitungan jam hingga hari.

Sampai sekarang, tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Pencegahan melalui imunisasi adalah satu-satunya cara efektif untuk melindungi diri.

Di Mana Bisa Imunisasi Polio?

Imunisasi polio sebenarnya sudah masuk ke dalam program imunisasi nasional yang artinya sebagain besar fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit bisa menyelenggarakan imunisasi ini.

Untuk Imuners yang punya anak atau kerabat yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap, bisa datang ke fasilitas kesehatan terdekat atau ke Klinik Imunicare untuk melakukan imunisasi.

Selain imunisasi polio, Imuners juga bisa update imun lainnya seperti imunisasi HPV, meningitis, hepatitis, dan masih banyak lagi.

Bukan cuma update imun, Klinik Imunicare juga menyediakan layanan cek kesehatan lengkap untuk memonitor kondisi kesehatan dan potensi penyakit sejak dini.

Kesimpulan

Ancaman polio memang terasa jauh karena jarang terdengar, tapi wabah yang sempat muncul kembali di beberapa daerah Indonesia menunjukkan bahwa kelengahan sedikit saja bisa membawa virus ini kembali.

Tidak ada alasan untuk menunda imunisasi, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.

Bantu pemerintah dalam memberantas penyebaran polio dengan melengkapi imunisasi, melawan hoaks, menjaga kebersihan, dan terus mendukung program kesehatan masyarakat.

Jika kita bersama-sama membangun benteng kekebalan yang kuat, Indoensia bisa bebas dari polio untuk selamanya.

Sumber