Wednesday, 22nd October 2025
by Admin

Ketika membahas siapa yang bisa terserang pneumonia, Imuners mungkin nggak kepikiran kalau ternyata anak-anak juga berpotensi terserang penyakit ini.
Bukan hanya berpotensi terkena pneumonia, ternyata penyakit ini masih menjadi salah satu penyebab kematian infeksius terbesar pada anak-anak di bawah 5 tahun.
Penyakit yang terdengar seperti penyakit orang dewasa ini ternyata juga menjadi ancaman kesehatan yang mematikan bagi anak-anak.
Seperti apa sebenarnya gejala pneumonia pada anak-anak? Apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Berikut ini pembahasan selengkapnya.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, dan penyakit ini bisa menyerang siapa saja termasuk anak-anak.
Meski sering terdengar seperti penyakit orang dewasa, kenyataannya pneumonia justru sangat umum terjadi pada anak-anak, terutama balita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa pneumonia masih menjadi penyebab kematian infeksius terbesar pada anak-anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia.
Angka ini menunjukkan bahwa pneumonia pada anak bukan sekedar batuk atau pilek biasa, tetapi bisa berkembang menjadi kondisi serius bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Ketika seorang anak terserang pneumonia, paru-parunya mengalami infeksi juga peradangan dan bisa menyebabkan beberapa gejala tertentu.
Di dalam paru-paru kita terdapat kantung udara kecil bernama alveoli yang berfungsi untuk menukar oksigen dan karbon dioksida.
Ketika pneumonia pada anak ini terjadi, alveoli ini terisi oleh cairan atau nanah, sehingga proses pernapasan menjadi terganggu.
Tubuh anak menjadi kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup, dan hal inilah yang kemudian memicu gejala-gejala seperti napas menjadi cepat, sesak, dan lemas.
Penyebab pneumonia sebenarnya sangat bervariasi, tergantung usia anak, kondisi kesehatannya, dan lingkungan tempat tinggalnya.
Pada sebagian besar kasus pneumonia pada anak-anak, infeksi disebabkan oleh virus terutama setelah anak mengalami flu atau gangguan saluran pernapasan lainnya.
Meskipun sebagian besar disebabkan oleh virus, infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae type b cenderung menyebabkan gejala yang lebih parah dan membutuhkan pengobatan khusus berupa antibiotik.
Selain virus dan bakteri, jamur juga bisa menjadi penyebab pneumonia meskipun kasusnya lebih jarang dan biasanya terjadi pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah.
Pneumonia pada anak ini bisa menyerang semua anak tanpa terkecuali, tetapi ada beberapa kelompok anak yang lebih rentan.
Anak-anak yang lahir prematur, memiliki gizi buruk, belum mendapatkan imunisasi lengkap, atau tinggal di lingkungan yang padat dengan ventilasi buruk cenderung lebih mudah terserang pneumonia.
Asap rokok juga menjadi faktor resiko penyebab pneumonia yang sering diremehkan.
Anak-anak yang sering terpapar asap rokok di rumah cenderung memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dan mudah teriritasi, sehingga lebih rentan terhadap infeksi paru.
Gejala pneumonia pada anak bisa terlihat ringan di awal, dan kadang disangka sebagai flu biasa, akan tetapi ada beberapa tanda khas yang perlu diwaspadai.
Pneumonia pada anak bisa ditandai dengan demam tinggi yang muncul mendadak, disertai batuk yang tak kunjung membaik.
Napas anak akan terlihat lebih cepat dari biasanya, dan dalam beberapa kasus terlihat seperti ngos-ngosan.
Bila diperhatikan lebih seksama, dinding dada anak bisa tampak tertarik ke dalam saat ia bernapas, sebagai tanda bahwa paru-parunya bekerja lebih keras.
Anak juga bisa tampak lemas, tidak bersemangat, dan menolak untuk makan atau minum.
Pada bayi, gejalanya bisa lebih samar, seperti hanya terlihat mengantuk terus-menerus, malas menyusu, atau menjadi sangat rewel.
Jika anak menunjukkan gejala-gejala seperti yang dibahas di atas, sebaiknya orang tua tidak menunggu terlalu lama untuk membawa anak ke dokter.
Diagnosis pneumonia biasanya dilakukan dengan memeriksa kondisi fisik anak, mendengarkan suara nafas dengan stetoskop, serta menilai kecepatan dan kesulitan bernapas.
Dalam beberapa kasus, terutama jika gejalanya cukup berat atau tidak membaik, dokter mungkin akan meminta pemeriksaan tambahan seperti foto rontgen dada atau tes darah untuk memastikan ada tidaknya infeksi dan menentukan penyebabnya.
Penanganan pneumonia pada anak sangat tergantung pada penyebab infeksinya karena jenis obat yang diresepkan dokter akan berbeda-beda.
Jika infeksi disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik yang sesuai dengan usia dan kondisi anak.
Obat ini harus diminum sesuai aturan dan dihabiskan meskipun gejala sudah mulai membaik.
Sementara itu, jika penyebab pneumonia pada anak adalah virus, biasanya pengobatan bersifat suportif, yaitu fokus pada mengurangi gejala dan membantu tubuh anak pulih dengan sendirinya.
Anak akan disarankan untuk banyak istirahat, minum cairan dengan cukup, dan diberi obat penurun demam bila perlu.
Dalam kasus yang lebih berat, anak bisa saja dirawat di rumah sakit untuk mendapat oksigen, cairan infus, dan pengawasan ketat.
Meski pneumonia bisa disembuhkan, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik dan salah satu cara pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi.
Vaksin seperti pneumokokus, Hib (Haemophilus influenzae type b), campak, dan influenza sangat membantu dalam menurunkan resiko anak terkena pneumonia.
Untuk Imuners yang punya anak kecil atau kerabat anak kecil, bisa datang ke fasilitas kesehatan terpercaya seperti Klinik Imunicare untuk melengkapi imunisasi yang terlewat.
Selain imunisasi, Imuners juga bisa sekaligus melakukan cek kesehatan untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan sejak dini agar lebih mudah ditangani.
Anak-anak juga sebaiknya diajarkan kebiasaan menjaga kebersihan sejak dini, seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet, serta tidak berbagi alat makan atau minum dengan teman.
Bagi bayi, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama juga terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari berbagai infeksi, termasuk pneumonia.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan faktor lingkungan karena dengan lingkungan yang sehat kemungkinan penyakit berkembang bisa diperkecil.
Rumah yang sempit, pengap, dan banyak penghuni bisa meningkatkan resiko penyebaran penyakit, apalagi jika ada anggota keluarga yang sedang sakit.
Asap rokok seperti yang disebutkan sebelumnya, juga perlu dihindari karena bisa merusak saluran napas dan memperparah infeksi yang mungkin sedang dialami anak.
Pneumonia pada anak bukan hal yang bisa disepelekan. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat bisa berakibat fatal.
Sebagian besar kasus pneumonia bisa dicegah dan diobati dengan mengenali gejalanya, tidak ragu memeriksakan anak ke dokter, juga dengan melengkapi imunisasi dan kebersihan lingkungan.
Dengan perhatian yang tepat dari keluarga, tenaga medis, dan lingkungan sekitar, pneumonia pada anak bisa dicegah dan ditangani dengan baik.
Sumber