Artikel

Homepage/artikel

/mengapa-kesehatan-mental-sama-pentingnya-dengan-kesehatan-fisik

Mengapa Kesehatan Mental Sama Pentingnya dengan Kesehatan Fisik

Friday, 10th October 2025

by Admin

kesehatan fisik dan mental.webp

Pendahuluan

Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day). Momentum ini menjadi pengingat bahwa kesehatan mental bukan hal sepele, bahwania sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Tema Hari Kesehatan Mental Dunia 2025 menyoroti pentingnya akses kesehatan mental yang setara bagi semua orang. Pesan utamanya sederhana namun kuat: “There is no health without mental health.”

Mungkin Imuners layaknya orang pada umum sering kali memberi perhatian besar pada tubuh, makan bergizi, olahraga, dan rutin check-up, namun melupakan kesejahteraan batin. Padahal, tubuh dan pikiran bekerja berdampingan.

Artikel ini akan membahas mengapa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, bagaimana keduanya saling berkaitan, serta langkah nyata untuk menjaganya, terutama di momen reflektif seperti Hari Kesehatan Mental ini.

Apa Itu Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik

  • Kesehatan fisik berhubungan dengan kondisi tubuh, fungsi organ, daya tahan, dan kebugaran.
  • Kesehatan mental melibatkan keseimbangan emosional, kemampuan berpikir, dan ketahanan menghadapi tekanan hidup.

“Apa yang kita pikirkan dan bagaimana perasaan kita sebenarnya satu kesatuan; kesejahteraan mental dan fisik bukanlah dua hal terpisah yang bisa kita kendalikan secara individual,” jelas Dr. Ruma Bhargava, Eksekutif Kesehatan Global di World Economic Forum, menjelang peringatan Mental Health Awareness Month (World Economic Forum, 2024).

Kedua aspek ini saling mempengaruhi. Ketika pikiran stres, tubuh ikut bereaksi, timbul sakit kepala, gangguan tidur, atau kelelahan. Sebaliknya, penyakit fisik kronis juga bisa mempengaruhi mental, menimbulkan rasa cemas dan depresi.

Gambaran Kesehatan Mental di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 16 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional seperti depresi dan kecemasan. Bahkan, 30% dari total populasi diperkirakan memiliki masalah kesehatan mental dalam berbagai tingkat keparahan.

Sayangnya, stigma dan minimnya akses layanan psikologis masih menjadi hambatan besar. Karena itu, Hari Kesehatan Mental Dunia menjadi momen penting untuk menyoroti isu ini secara terbuka dan penuh empati.

Mengapa Kesehatan Mental Sama Pentingnya
  1. Menjaga Keseimbangan Hidup dan Produktivitas Pikiran yang sehat membuat seseorang lebih fokus, termotivasi, dan mampu bekerja dengan optimal. Tanpa mental yang stabil, produktivitas menurun, relasi terganggu, dan kualitas hidup ikut turun.
  2. Keterkaitan Langsung antara Pikiran dan Tubuh Banyak penelitian membuktikan bahwa stres kronis bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, hingga sistem imun yang lemah. Inilah bukti bahwa kesehatan mental tidak bisa dipisahkan dari fisik.
  3. Pencegahan Lebih Baik daripada Mengobati Seperti menjaga tubuh dari penyakit, kesehatan mental juga butuh perawatan harian: istirahat cukup, makan bergizi, olahraga, dan menjaga batas diri dari stres berlebihan.
  4. Meningkatkan Daya Tahan terhadap Tekanan Hidup Orang dengan kesehatan mental yang baik memiliki resilience lebih tinggi. Mereka mampu bangkit dari kegagalan, kehilangan, atau tekanan hidup tanpa kehilangan arah. Masalah kesehatan mental dapat berdampak luas, baik secara fisik maupun sosial. Menurut University of St. Augustine for Health Sciences, kesehatan mental yang terganggu dapat melemahkan sistem imun tubuh, seperti pasukan yang kehilangan kekuatannya dalam melawan bakteri dan virus. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit seperti flu dan infeksi.
  5. Dampak Sosial dan Ekonomi Gangguan mental yang tidak ditangani bisa menimbulkan kerugian ekonomi besar, menurunkan produktivitas nasional, dan menambah beban biaya kesehatan.
Mengapa Hari Kesehatan Mental Dunia Penting

Hari Kesehatan Mental Dunia bukan sekadar peringatan simbolis. Tujuannya adalah:

  • Meningkatkan kesadaran bahwa kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan holistik.
  • Menghapus stigma bahwa gangguan mental berarti “lemah” atau “gila”.
  • Mendorong akses layanan kesehatan mental yang lebih mudah dan terjangkau.
  • Mengajak masyarakat peduli terhadap kesejahteraan psikologis diri sendiri dan orang di sekitarnya.

Dengan adanya momentum ini, kita diingatkan bahwa merawat diri tidak hanya tentang menimbang berat badan atau menghitung kalori, tapi juga memperhatikan kondisi pikiran dan perasaan setiap hari.

Tanda Kesehatan Mental yang Perlu Diwaspadai

Kesehatan mental yang terganggu dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara emosional, perilaku, maupun fisik. Berikut beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan:

  • Merasa sedih atau murung dalam waktu lama
  • Sulit berpikir jernih atau menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
  • Rasa takut, cemas, atau perasaan bersalah yang berlebihan
  • Perubahan suasana hati yang ekstrem, dari sangat bahagia menjadi sangat sedih dalam waktu singkat
  • Menarik diri dari pergaulan atau aktivitas yang dulu disukai
  • Mudah lelah, kehilangan energi, atau mengalami gangguan tidur
  • Kehilangan kontak dengan realita, seperti mengalami delusi, paranoia, atau halusinasi
  • Kesulitan menghadapi masalah sehari-hari atau stres ringan
  • Sulit memahami situasi sosial atau berinteraksi dengan orang lain
  • Ketergantungan pada alkohol atau obat-obatan terlarang
  • Perubahan drastis dalam pola makan
  • Penurunan atau peningkatan gairah seksual
  • Ledakan emosi seperti amarah, agresivitas, atau perilaku kekerasan
  • Munculnya pikiran untuk mengakhiri hidup

Selain itu, gangguan kesehatan mental juga dapat muncul dalam bentuk gejala fisik, seperti sakit perut, nyeri punggung, sakit kepala, atau keluhan tubuh lainnya tanpa penyebab medis yang jelas.

Jika gejala ini berlangsung lama, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater. Ingat, mencari bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian dan kepedulian terhadap diri sendiri.

Cara Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik Seimbang

Imuners karena fisik dan mental menjadi satu kesatuan, menjaga kesehatan mental dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat yang baik untuk fisik juga, seperti berikut.

  1. Olahraga Teratur Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, yoga, atau bersepeda dapat meningkatkan hormon endorfin yang membantu memperbaiki suasana hati.
  2. Tidur Cukup dan Berkualitas Tidur 7–9 jam per malam membantu tubuh dan otak pulih, sekaligus menjaga kestabilan emosi.
  3. Pola Makan Sehat Nutrisi yang baik tidak hanya memperkuat tubuh tetapi juga mendukung fungsi otak dan suasana hati.
  4. Berlatih Mindfulness dan Meditasi Latihan ini membantu mengendalikan stres dan meningkatkan kesadaran diri.
  5. Bangun Dukungan Sosial Bercerita dengan teman atau keluarga bisa meringankan beban batin. Jangan memendam semuanya sendiri.
  6. Batasi Paparan Media Sosial Media sosial bisa menjadi sumber stres terselubung. Batasi waktu dan konsumsi konten yang positif.
  7. Konsultasi dengan Profesional Jika merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan dari psikolog atau psikiater. Langkah ini sama pentingnya seperti pergi ke dokter ketika tubuh sakit.
  8. Update Imun Karena ketika mental kita mulai merasa lemah dapat melemahkan sistem imun tubuh, Imuners dapat melakukan pencegahan dengan melakukan imunisasi ke klinik Imunicare terdekat agar kesehatan fisik tetap terjaga.
Kesimpulan

Kesehatan mental bukan hal sekunder setelah fisik; keduanya adalah dua sisi dari satu kesejahteraan. Tubuh yang kuat tak akan berarti tanpa pikiran yang tenang.

Momentum Hari Kesehatan Mental Dunia 2025 mengajak kita semua untuk berhenti menyepelekan perasaan, lebih peduli terhadap diri sendiri, dan membuka ruang aman bagi siapa pun yang sedang berjuang.

Yuk Imuners, mulailah dari langkah kecil: istirahat cukup, bercerita dengan orang yang dipercaya, dan jangan takut meminta bantuan. Karena pada akhirnya, kesehatan sejati adalah keseimbangan antara tubuh dan pikiran.

Sumber :