Artikel

Homepage/artikel

/faktanya-kasus-demam-berdarah-naik-bukan-hanya-saat-musim-hujan

Faktanya Kasus Demam Berdarah Naik, Bukan Hanya Saat Musim Hujan

Friday, 4th July 2025

by Admin

Batuk demam berdarah.webp

Selama ini, banyak dari kita mengira bahwa demam berdarah hanya perlu diwaspadai saat musim hujan. Padahal, fakta terbaru menunjukkan bahwa kasus DBD meningkat bahkan di luar musim hujan. Kenapa bisa begitu? Yuk, Imuners simak faktanya berikut ini.

1. Nyamuk Aedes Aegypti Bisa Berkembang Biak Sepanjang Tahun

Nyamuk pembawa virus DBD, Aedes aegypti , tidak hanya aktif saat musim hujan. Nyamuk Aedes aegypti , penyebar utama virus demam berdarah, sangat menyukai iklim tropis seperti Indonesia yang panas, lembap, dan memiliki curah hujan tinggi. Mereka berkembang biak di tempat-tempat yang menampung air, baik di dalam maupun di sekitar rumah. Beberapa lokasi favorit mereka termasuk selokan, pot tanaman, vas bunga, tempat minum hewan, kolam yang tidak dirawat, hingga tumpukan sampah yang basah.

Menariknya, nyamuk betina jenis ini lebih suka hidup di dalam atau dekat area hunian manusia, dengan jarak terbang rata-rata mencapai 400 meter dari tempat dia menetas. Artinya, jika ada satu sarang di sekitar rumah, risiko penyebaran ke seluruh lingkungan sangat tinggi.

Nyamuk Aedes paling aktif menggigit saat pagi hari sekitar dua jam setelah matahari terbit, dan di sore hari beberapa jam sebelum matahari terbenam. Namun, di ruangan dengan pencahayaan yang cukup terang, mereka juga bisa aktif menggigit di malam hari. Nyamuk ini bisa bertelur dan berkembang biak. Bahkan genangan air sekecil tutup botol pun bisa jadi sarang nyamuk!

2. Perubahan Iklim Mempercepat Penyebaran

Cuaca yang semakin tidak menentu akibat perubahan iklim membuat siklus hidup nyamuk jadi lebih cepat. Suhu yang hangat sepanjang tahun mempercepat proses penetasan telur dan memperpanjang masa hidup nyamuk. Ini artinya, risiko penyebaran DBD makin tinggi meskipun tidak sedang musim hujan.

Suhu Udara yang Meningkat

Naiknya suhu udara mempercepat siklus hidup nyamuk. Mereka tumbuh lebih cepat, hidup lebih lama, dan virus dengue pun lebih cepat berkembang di dalam tubuh nyamuk—meningkatkan risiko penularan ke manusia.

Pola Hujan yang Tidak Stabil

Musim hujan yang datang lebih cepat atau berlangsung lebih lama menyebabkan semakin banyak genangan air muncul, baik di lingkungan rumah maupun luar. Kondisi ini memperbanyak tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.

Tingkat Kelembapan yang Tinggi

Udara yang semakin lembab membuat nyamuk lebih mudah bertahan hidup. Ini memperpanjang waktu mereka untuk menggigit manusia dan menyebarkan virus.

Cuaca Ekstrem Meningkatkan Risiko

Perubahan iklim global juga memicu berbagai kondisi ekstrim seperti gelombang panas, banjir besar, atau kekeringan panjang. Meskipun tidak langsung, kondisi-kondisi ini berkontribusi pada meningkatnya populasi nyamuk dan memperbesar peluang terjadinya wabah DBD.

3. Lonjakan Kasus di Musim Kemarau

Data dari beberapa daerah menunjukkan lonjakan kasus demam berdarah bahkan saat musim kemarau. Banyak masyarakat lengah saat musim panas, padahal justru saat itu air cenderung lebih lama menggenang karena penguapan tidak maksimal. Lingkungan jadi rentan jadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

4. Gejala DBD Sering Dianggap Remeh

Gejala awal DBD mirip flu biasa: demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri otot, mual, bahkan bisa muncul ruam di kulit. Karena mirip penyakit ringan, banyak orang terlambat mencari pertolongan medis. Padahal, DBD bisa berakibat fatal bila tidak ditangani sejak dini. Berikut gejala DBD yang perlu Imuners waspadai!

Demam Tinggi Mendadak

Salah satu tanda khas DBD adalah demam tinggi secara tiba-tiba, yang bisa mencapai suhu hingga 40°C. Berbeda dari flu biasa, demam ini tidak disertai gejala seperti batuk atau bersin.

Nyeri Otot dan Sendi

Setelah demam muncul, penderita DBD biasanya akan merasakan nyeri di beberapa bagian tubuh, termasuk otot, sendi, tulang, dan area belakang mata.

Sakit Kepala Hebat

Rasa nyeri yang intens di bagian kepala, khususnya di area dahi, sering menjadi gejala lanjutan yang menyertai demam berdarah.

Mual dan Muntah

Baik pada anak-anak maupun orang dewasa, gejala mual dan muntah kerap muncul dan menyebabkan rasa tidak nyaman di perut hingga bagian punggung.

Tubuh Terasa Lemas

Setelah berbagai gejala di atas muncul, penderita biasanya akan merasa sangat lelah. Hal ini terjadi karena turunnya nafsu makan dan kondisi tubuh yang mulai melemah.

5. Daya Tahan Tubuh Lemah Mempercepat Infeksi

Virus dengue lebih mudah masuk dan berkembang di tubuh seseorang dengan sistem imun yang lemah. Anak-anak, lansia, atau individu yang sedang kelelahan atau kurang asupan gizi berisiko lebih tinggi untuk terkena DBD dan mengalami gejala yang lebih berat. Maka dari itu, menjaga imunitas tetap kuat sepanjang tahun sangat penting sebagai bentuk perlindungan diri.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Agar terhindar dari risiko DBD sepanjang tahun, kamu bisa mulai dengan langkah-langkah berikut:

  1. Lakukan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi tempat penampungan air.
  2. Gunakan lotion anti-nyamuk setiap pagi dan sore.
  3. Periksa tempat penampungan air di sekitar rumah secara rutin.
  4. Segera periksa ke dokter jika mengalami demam tinggi lebih dari 3 hari tanpa penyebab jelas.
  5. Lakukan Vaksinasi DBD , agar badan dapat menangkal penyakit DBD vaksin dapat menjadi pilihan, kini di Indonesia tersedia vaksin dengue tetravalen dengan kriteria Anak-anak hingga dewasa: Dapat diberikan di usia 6–45 tahun. Namun untuk lansia belum dapat direkomendasikan. Imuners dapat mengunjungi Klinik Imunicare terdekat untuk mendapatkan vaksin secara langsung!
Kesimpulan: DBD Tak Lagi Musiman, Waspadai Sepanjang Tahun

Kini kita tahu bahwa demam berdarah bukan hanya ancaman saat musim hujan. Dengan kesadaran dan pencegahan yang konsisten, kamu bisa melindungi diri dan orang terdekat dari penyakit ini. Jangan menunggu musim berganti, lindungi dirimu mulai sekarang!

Sumber: