Artikel

Homepage/artikel

/mitos-atau-fakta-perlukah-air-rebusan-pertama-mi-instan-dibuang

Mitos atau Fakta, Perlukah Air Rebusan Pertama Mi Instan Dibuang?

Wednesday, 4th December 2024

by Admin

REQ04 DESEMBER 2024 WEBSITE Perlukah Air Rebusan Pertama Mi Instan Dibuang  - WEBSITE.webp

Apa Imuners termasuk penggemar mie instan karena rasanya yang enak terus cara bikinnya yang gampang, tapi was-was juga sama efek mie instan buat kesehatan?

Mie instan telah menjadi makanan favorit banyak orang karena praktis, lezat, dan murah.

Saat memasak mie instan, sering muncul pertanyaan: apakah air rebusan pertama mie instan perlu dibuang atau tidak?

Pertanyaan ini sering memicu diskusi, karena ada yang percaya bahwa air rebusan pertama mengandung zat berbahaya, sementara yang lain merasa tidak ada masalah mengonsumsinya.

Untuk yang penasaran sama pertanyaan ini, yuk kita cari tahu lebih dalam mengenai kandungan air rebusan pertama mie instan, pandangan ahli gizi, juga rekomendasi untuk menikmati mie instan dengan lebih sehat!

Apa yang Terkandung dalam Air Rebusan Pertama Mie Instan?

Sebelum memutuskan lebih baik membuang atau menggunakan air rebusan pertama mie instan, kita perlu tahu lebih dulu apa sebenarnya kandungan yang ada di air rebusan mie instan.

Air rebusan pertama mie instan adalah hasil dari proses perebusan mie yang menyebabkan beberapa kandungan dalam mie larut ke dalam air.

Berikut ini beberapa zat yang terkandung dalam air rebusan mie instan tersebut:

  1. Pati dan Karbohidrat Simpleks Saat mie direbus, sebagian besar pati dari mie larut ke dalam air. Pati ini membuat air rebusan menjadi keruh dan sedikit kental. Ahli gizi, Inge Permadhi dalam wawancaranya dengan salah satu media nasional menyebutkan bahwa karbohidrat simpleks dalam air rebusan dapat meningkatkan kadar gula darah jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
  2. Lemak dan Natrium Proses penggorengan pada mie instan meninggalkan residu lemak yang dapat larut dalam air rebusan. Selain itu, mie instan juga mengandung natrium (garam) yang tinggi, sehingga mengonsumsi air rebusan berarti meningkatkan asupan natrium.
  3. Vitamin Larut Air Dikutip dari salah satu media nasional, Dwi Budiningsari ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, menyebutkan bahwa air rebusan pertama mie instan juga mengandung vitamin larut air, seperti asam folat. Vitamin ini ditambahkan selama proses fortifikasi mie instan. Membuang air rebusan pertama berarti juga membuang sebagian vitamin ini.
Pendapat Ahli Mengenai Pembuangan Air Rebusan Pertama

Belum ada anjuran resmi mengenai air rebusan pertama dari mie instan apakah harus dibuang atau bisa digunakan.

Terdapat pandangan yang beragam di kalangan ahli gizi mengenai apakah air rebusan pertama mie instan perlu dibuang.

Berikut ini pendapat yang mendukung dan tidak mendukung air rebusan pertama mie instan untuk dibuang beserta alasannya.

  1. Pendapat yang Mendukung Pembuangan Inge Permadhi dalam wawancaranya dengan salah satu media nasional menyarankan membuang air rebusan pertama untuk mengurangi kandungan karbohidrat simpleks, lemak, dan zat tambahan yang larut dalam air. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko obesitas dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Namun, beliau juga mengakui bahwa tindakan ini bisa mengurangi rasa mie instan.
  2. Pendapat yang Tidak Mendukung Pembuangan Di sisi lain, Dwi Budiningsari menyebutkan bahwa tidak perlu mengganti air rebusan mie instan karena vitamin larut air yang ada di dalamnya akan terbuang jika airnya dibuang. Selain itu, kandungan bahan kimia dalam mie instan sudah sesuai dengan standar keamanan pangan, sehingga aman dikonsumsi.
Dampak Kesehatan Konsumsi Mie Instan Secara Rutin

Meski air rebusan mie instan tidak dianggap berbahaya secara langsung, konsumsi mie instan secara rutin tetap perlu diwaspadai, terutama karena kandungan berikut:

  1. Kandungan Natrium yang Tinggi Mie instan mengandung natrium dalam jumlah cukup banyak yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gangguan ginjal jika dikonsumsi secara berlebihan.
  2. Lemak dan Kalori Tambahan Lemak yang terkandung dalam mie instan dapat menambah asupan kalori tanpa memberikan nilai gizi yang signifikan, hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan berat badan jika dikonsumsi secara terus menerus.
  3. Pengawet dan Zat Tambahan Zat pengawet dan residu dari proses pengolahan mie dapat larut dalam mie instan. Meskipun jumlahnya kecil dan dianggap aman, ada baiknya untuk tidak mengkonsumsi mie instan secara terus menurus dan dalam jumlah yang banyak.
Rekomendasi Ahli untuk Mengonsumsi Mie Instan

Mengurangi konsumsi mie instan mungkin sulit bagi sebagian orang karena faktor rasa dan kemudahan yang ditawarkan mie instan.

Meski begitu, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membuat konsumsi mie instan menjadi lebih aman.

Berikut adalah beberapa tips untuk menikmati mie instan dengan lebih sehat berdasarkan pandangan para ahli:

  1. Buang atau Kurangi Air Rebusan Pertama Kalau Imuners ingin mengurangi kadar karbohidrat simpleks, lemak, dan pengawet, Imuners bisa membuang air rebusan pertama setelah mie matang, lalu menggantinya dengan air baru untuk membuat kuah.
  2. Batasi Konsumsi Mie Instan Dwi Budiningsari menyarankan agar mie instan hanya dikonsumsi 1-2 kali per bulan, mengingat kandungan natrium dan zat tambahan yang cukup tinggi.
  3. Tambahkan Bahan Bergizi Tingkatkan kandungan nutrisi mie instan dengan cara menambahkan sayuran seperti bayam, wortel, atau sawi, serta protein seperti telur, ayam, atau tahu.
  4. Kurangi Penggunaan Bumbu Gunakan bumbu mie instan secukupnya untuk mengurangi asupan natrium dan MSG.
Alternatif Mie Instan yang Lebih Sehat

Untuk Imuners yang ingin tetap menikmati mie instan tanpa mengorbankan kesehatan, kini tersedia berbagai pilihan mie instan yang lebih sehat.

Salah satu alternatif adalah mie instan rendah natrium yang mengurangi risiko tekanan darah tinggi akibat konsumsi garam berlebih.

Selain itu, mie instan berbahan dasar gandum utuh atau mie organik juga menjadi pilihan yang baik, karena mengandung serat lebih tinggi yang mendukung kesehatan pencernaan.

Beberapa merek juga menawarkan mie instan bebas MSG dan pengawet, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi secara rutin.

Untuk pilihan yang lebih bergizi, Imuners bisa mencoba mie berbahan dasar shirataki yang rendah kalori dan cocok untuk diet.

Dengan semakin banyaknya varian sehat di pasaran, Imuners dapat menikmati mie instan dengan rasa yang lezat sekaligus menjaga asupan nutrisi tubuh.

Pilihan ini memungkinkan untuk makan enak tanpa rasa khawatir berlebih.

Kesimpulan

Keputusan untuk membuang atau tidak membuang air rebusan pertama mie instan sebenarnya bergantung pada preferensi pribadi dan kebutuhan kesehatan masing-masing individu.

Kalau Imuners ingin mengurangi asupan lemak, natrium, dan zat tambahan, membuang air rebusan pertama bisa menjadi langkah yang bijak.

Di sisi lain, jika Imuners ingin tetap mempertahankan vitamin larut air dari mie instan, air rebusan pertama mie instan bisa tetap digunakan sebagai kuah.

Yang terpenting, konsumsi mie instan sebaiknya dibatasi dan diimbangi dengan pola makan sehat yang kaya akan sayuran, protein, dan serat.

Dengan begitu, Imuners bisa menikmati mie instan tanpa harus khawatir dengan dampaknya bagi kesehatan.

Sumber