Artikel

Homepage/artikel

/kenapa-tingkah-laku-lansia-seperti-anak-anak-cari-tahu-penyebabnya-di-sini

Kenapa Tingkah Laku Lansia Seperti Anak-Anak? Cari Tahu Penyebabnya di Sini!

Wednesday, 12th February 2025

by Admin

REQ 12 - LANSIA ANAK-ANAK - WEBSITE.webp

Imuners pernah merhatiin nggak kalo tingkah laku lansia kadang-kadang kelihatan seperti anak-anak?

Mereka bisa menjadi lebih sensitif, mudah marah, bahkan menunjukkan sikap manja atau ketergantungan yang berlebihan.

Apa sebenarnya yang membuat perubahan tingkah laku ini? Apa kita perlu khawatir ketika ada anggota keluarga kita yang lanjut usia mengalami hal yang sama? Berikut ini penjelasan selengkapnya!

Latar Belakang Perubahan Tingkah Laku Pada Lansia

Saat seseorang memasuki usia lanjut tubuhnya mulai mengalami berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisiologis hingga perubahan psikologis.

Berbagai perubahan ini bukan hanya mempengaruhi kemampuan para lansia dalam melakukan aktifitas fisik, tetapi bisa menjadi pemicu perubahan tingkah laku juga.

Selain itu, faktor internal seperti rasa kesepian karena minimnya interaksi sosial atau depresi juga bisa membuat perubahan tingkah laku pada orang dengan usia lanjut.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa faktor umum yang bisa menyebabkan perubahan tingkah laku para lansia.

Perubahan Fisiologis: Penurunan Fungsi Otak

Salah satu alasan utama lansia berperilaku seperti anak-anak adalah karena adanya penurunan fungsi kognitif.

Seiring bertambahnya usia, otak mengalami proses penuaan alami yang dapat memengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, dan pengambilan keputusan.

Selain itu, lansia juga lebih rentan terkena penyakit yang berhubungan langsung dengan kemampuan dan fungsi otak.

Penyakit seperti Demensia atau Alzheimer bisa menurunkan fungsi otak secara signifikan.

Di sisi lain, penurunan kadar hormon juga bisa menjadi pemicu perubahan tingkah laku pada lansia.

1. Demensia dan Alzheimer

Demensia dan Alzheimer dapat menyebabkan penurunan kemampuan otak secara bertahap.

Lansia dengan gangguan ini cenderung untuk lupa akan hal-hal sederhana, bingung dengan lingkungan sekitar, atau kesulitan memahami situasi.

Akibatnya, mereka bisa menunjukkan perilaku regresif, seperti merengek, keras kepala, atau bahkan marah tanpa alasan jelas.

Selain itu, mereka juga dapat mengalami disorientasi waktu dan tempat, merasa cemas tanpa sebab yang jelas, serta mengalami kesulitan dalam mengenali anggota keluarga terdekat.

Dalam beberapa kasus, mereka mungkin mengalami halusinasi atau delusi, yang semakin memperburuk kondisi mental dan emosional mereka.

2. Penurunan Hormon dan Saraf

Fungsi saraf yang melemah pada lansia dapat memengaruhi suasana hati mereka.

Akibatnya, mereka bisa menjadi lebih emosional, mirip dengan anak-anak yang belum bisa mengelola emosi dengan baik.

Penurunan produksi hormon seperti serotonin dan dopamin, yang berperan penting dalam mengatur suasana hati, juga dapat menyebabkan perubahan emosi yang drastis.

Selain itu, perubahan pada sistem saraf otonom dapat mempengaruhi respons stres, membuat lansia lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.

Lansia mungkin menjadi lebih mudah menangis, cepat tersinggung, atau merasa cemas tanpa alasan yang jelas.

Kombinasi faktor ini membuat mereka lebih sensitif terhadap perubahan kecil dalam lingkungan sekitar, sehingga memerlukan perhatian dan dukungan emosional yang lebih dari keluarga dan orang terdekat.

Faktor Psikologis: Kehilangan Kemandirian dan Identitas

Bayangin ketika Imuners biasanya melakukan segalanya sendiri, lalu tiba-tiba harus bergantung pada orang lain untuk makan, mandi, atau berjalan.

Kehilangan kemandirian ini membuat banyak lansia merasa frustasi sekaligus merasa tidak berdaya.

Perubahan kondisi ini menyebabkan perubahan keadaan mental bagi kebanyakan lansia dan akhirnya menjadi pemicu perubahan tingkah laku mereka.

1. Kebutuhan untuk Diperhatikan

Ketika merasa diabaikan, para lansia ini mungkin bertindak seperti anak kecil untuk mendapatkan perhatian keluarga.

Perilaku ini bisa berupa sering mengeluh tentang hal-hal kecil, menunjukkan sikap cemberut, atau bahkan bersikap dramatis untuk menarik perhatian.

Tidak jarang, mereka juga mencoba menciptakan situasi di mana mereka merasa 'dibutuhkan', seperti berpura-pura tidak bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya masih mampu mereka lakukan.

Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengisi kekosongan emosional dan memastikan bahwa mereka tetap memiliki peran penting di mata keluarga mereka.

2. Perasaan Tidak Berguna

Lansia yang pensiun atau kehilangan peran sosialnya bisa merasa tidak berguna, yang membuat mereka mencari pengakuan dengan cara yang berbeda, seperti menjadi lebih manja atau banyak menuntut.

Perasaan ini dapat semakin diperparah jika mereka merasa tidak lagi memiliki tujuan atau kontribusi yang berarti dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini bisa menyebabkan mereka merasa terisolasi secara emosional, bahkan ketika berada di tengah keluarga.

Mereka mungkin juga menjadi lebih mudah tersinggung atau merasa diabaikan dalam percakapan, sehingga mencoba menarik perhatian dengan cara yang lebih ekstrem.

Isolasi Sosial dan Kesepian

Banyak lansia mengalami isolasi sosial karena kehilangan pasangan, teman, atau mengalami keterbatasan dalam hal mobilitas.

Perasaan kesepian ini dapat memicu perubahan perilaku yang mirip dengan anak-anak

1. Cenderung Mencari Perhatian

Para lansia cenderung melakukan hal-hal seperti sering menelepon anggota keluarga berulang kali atau mengeluh tentang hal-hal kecil sebagai cara untuk diperhatikan.

Tidak jarang, mereka juga menunjukkan perilaku seperti berulang kali menceritakan pengalaman yang sama, bertanya hal-hal sederhana secara berulang, atau bahkan bersikap dramatis terhadap situasi kecil.

Semua ini dilakukan sebagai cara untuk memastikan bahwa mereka masih dianggap penting dan diperhatikan oleh orang-orang di sekitar mereka.

2. Regresi Emosional

Tanpa dukungan sosial yang memadai, lansia bisa kembali ke pola perilaku masa kecil, di mana mereka merasa lebih aman saat dimanjakan.

Regresi ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk, seperti sering mencari perhatian berlebihan, menunjukkan ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan dewasa, atau merespons situasi dengan cara yang berlebihan.

Mereka juga cenderung menginginkan kenyamanan fisik dan emosional yang sama seperti yang diterima anak-anak, seperti pelukan, perhatian penuh, atau kata-kata yang menenangkan.

Semua ini adalah cara mereka untuk menghadapi rasa cemas, takut, atau ketidakpastian yang sering menyertai proses penuaan.

Kapan Harus Merasa Khawatir?

Beberapa perilaku mungkin menandakan adanya masalah serius yang perlu perhatian medis segera.

Misalnya, jika seorang lansia tiba-tiba mengalami kehilangan memori jangka pendek atau panjang, ini bisa menjadi tanda awal dari kondisi neurologis serius seperti demensia atau Alzheimer.

Perubahan suasana hati yang ekstrem, seperti beralih dari sangat bahagia ke sangat sedih dalam waktu singkat, juga patut diwaspadai karena dapat mengindikasikan gangguan mood atau masalah kesehatan mental lainnya.

Kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya disukai juga bisa menunjukkan adanya depresi atau gangguan mental yang mendalam.

Jika gejala-gejala ini muncul, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai.

Kesimpulan

Perilaku kekanak-kanakan pada lansia adalah fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Dengan pendekatan yang penuh empati, kesabaran, dan dukungan yang tepat, kita bisa membantu mereka menjalani masa tua dengan lebih bermakna dan bahagia.

Segera konsultasikan dengan dokter jika ada gejala-gejala yang dirasa tidak umum dan berlebihan.

Sumber

https://www.verywellhealth.com/age-repression-therapy-5212676

https://www.healthline.com/health/mental-health/age-regression

https://www.foxtrailmemorycare.com/blog/why-do-the-elderly-become-childlike/

https://www.arthaseniorcare.com/blogs/parents-behave-like-children-in-old-age-how-true-is-it/

https://stellarcaresd.com/elderly-parent-acting-like-child/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/age-regression