Artikel

Homepage/artikel

/gejala-pengobatan-dan-pencegahan-tbc-tantangan-dan-realita-terkini-di-indonesia

Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan TBC: Tantangan dan Realita Terkini di Indonesia

Wednesday, 8th January 2025

by Admin

REQ08 JANUARI WEBSITE TBC - WEBSITE.webp

Imuners pasti pernah denger soal Tuberculosis atau TBC, dan ternyata penyakit yang satu ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini menyerang paru-paru dan dapat menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, dan tulang.

Dengan jumlah kasus yang terus meningkat, memahami gejala, pengobatan, dan pencegahan TBC menjadi hal yang sangat penting, terutama bagi masyarakat Indonesia.

Seperti apa sebenarnya gejala, pengobatan, dan pencegahan TBC yang paling efektif? Berikut informasi selengkapnya!

Situasi TBC di Indonesia

Untuk bisa lebih aware dengan TBC, Imuners perlu tahu lebih dalam mengenai situasi penyebaran TBC di Indonesia saat ini.

Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia.

Pada tahun 2022, estimasi kasus TBC di Indonesia mencapai lebih dari 1 juta orang, dengan angka kematian akibat TBC mencapai 110 ribu jiwa.

Meskipun upaya penanggulangan terus dilakukan, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti keterlambatan diagnosis, stigma sosial, dan akses layanan kesehatan yang terbatas.

Kondisi ini menunjukkan kalau TBC sebetulnya bukan masalah kecil di Indonesia, dan kita perlu lebih waspada akan penyebarannya.

Gejala TBC yang Harus Diwaspadai

Gejala TBC seringkali diabaikan karena mirip dengan penyakit pernapasan lainnya, dan hal ini juga yang menyebabkan TBC seringkali terlambat didiagnosa.

Berikut adalah beberapa gejala umum TBC yang perlu diwaspadai.

1. Batuk Berkepanjangan

Batuk yang berlangsung lama dan tidak kunjung sembuh sering kali diabaikan karena dianggap sebagai batuk biasa, padahal bisa menjadi gejala awal dari TBC.

Pada kasus TBC, batuk berkepanjangan biasanya diikuti oleh gejala lain seperti penurunan berat badan dan demam.

Batuk ini dapat disertai dahak kental atau bahkan bercampur darah, yang menandakan adanya kerusakan pada jaringan paru-paru.

Jika gejala ini terjadi, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan dahak dan rontgen dada untuk memastikan diagnosis TBC dan memulai pengobatan secepatnya.

2. Demam dan Keringat Malam

Gejala umum lainnya dari TBC adalah demam yang muncul di malam hari tanpa sebab jelas.

Hal ini sering kali dianggap sebagai tanda kelelahan biasa atau infeksi ringan, tetapi jika terus berlanjut selama beberapa minggu, kasus ini patut diwaspadai sebagai gejala TBC.

Demam pada penderita TBC biasanya bersifat ringan tetapi berlangsung lama dan disertai keringat berlebih di malam hari, meskipun suhu udara tidak panas.

Kondisi ini disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Jika gejala ini disertai batuk berkepanjangan dan penurunan berat badan, pemeriksaan medis segera sangat disarankan untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat.

3. Penurunan Berat Badan

Hal selanjutnya yang perlu diwaspadai sebagai gejala TBC adalah penurunan berat badan drastis meskipun nafsu makan baik.

Penurunan berat badan pada penderita TBC bukan disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, melainkan akibat dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang mengganggu metabolisme tubuh.

Infeksi ini menyebabkan tubuh membakar lebih banyak energi untuk melawan bakteri, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.

Selain itu, proses inflamasi yang berlangsung lama dalam tubuh juga berkontribusi pada hilangnya massa otot dan lemak.

Jika seseorang mengalami penurunan berat badan drastis tanpa sebab yang jelas, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti batuk berkepanjangan dan demam, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk diagnosis lebih lanjut.

4. Kelelahan yang Berlebihan

Gejala selanjutnya dari TBC adalah mudah merasa lelah meskipun tidak melakukan aktivitas berat.

Gejala ini terjadi karena infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang memengaruhi fungsi metabolisme tubuh dan menyebabkan penurunan energi.

Selain itu, proses peradangan kronis dalam tubuh akibat infeksi TBC juga berkontribusi pada rasa lelah yang berkepanjangan.

Kelelahan pada penderita TBC sering kali tidak membaik meskipun sudah beristirahat cukup dan mengonsumsi makanan bergizi.

5. Nyeri Dada dan Sesak Napas

Hal selanjutnya yang biasa timbul saat terkena penyakit TBC adalah rasa nyeri di dada saat bernapas atau batuk.

Gejala ini muncul akibat peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Nyeri dada biasanya semakin terasa ketika penderita menarik napas dalam atau saat batuk.

Selain itu, sesak napas dapat terjadi akibat penumpukan cairan atau kerusakan jaringan di paru-paru yang menghambat sirkulasi udara.

Pada tahap lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan penurunan kapasitas paru-paru yang signifikan.

Bagaimana TBC Menyebar?

Setelah mengetahui apa saja gejala TBC, Imuners juga perlu tahu cara penyebaran penyakit ini untuk meminimalisir resiko tertular.

TBC menyebar melalui udara ketika seseorang dengan TBC aktif batuk, bersin, atau bahkan berbicara.

Bakteri TBC dapat melayang di udara dan dihirup oleh orang sehat di sekitarnya.

Hal ini membuat lingkungan padat penduduk dengan sirkulasi udara yang buruk menjadi area dengan risiko penyebaran tinggi.

Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS, orang dengan gizi buruk, atau mereka yang memiliki penyakit kronis, lebih rentan terinfeksi TBC.

Pengobatan TBC

Pengobatan TBC membutuhkan kesabaran dan kepatuhan penuh dari pasien untuk bisa 100% sembuh dari TBC.

Biasanya, pengobatan TBC memakan waktu antara 6 hingga 9 bulan dengan kombinasi beberapa jenis antibiotik, seperti:

  • Isoniazid (INH)
  • Rifampicin (RIF)
  • Pyrazinamide (PZA)
  • Ethambutol (EMB)

Pengobatan harus diselesaikan sesuai anjuran dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktunya, bakteri TBC dapat menjadi kebal terhadap antibiotik, yang dikenal sebagai TBC Resistan Obat (TBC RO).

Hal ini membuat pengobatan menjadi lebih sulit, mahal, dan membutuhkan waktu lebih lama.

Selain itu, pemerintah Indonesia telah menyediakan program pengobatan TBC gratis di fasilitas kesehatan.

Meskipun akses pengobatan TBC sudah diberikan secara gratis, kesadaran untuk memeriksakan diri dan mematuhi pengobatan masih menjadi tantangan.

Pencegahan TBC: Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati

Pencegahan TBC sebenarnya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana.

Proses pencegahan ini bisa menghindarkan kita dari resiko tertular penyakit TBC dan komplikasinya.

Berikut ini beberapa langkah pencegahan penyakit TBC yang bisa Imuners lakukan.

1. Imunisasi BCG

Imunisasi ini diberikan pada bayi untuk mencegah bentuk TBC yang parah.

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan bakteri penyebab TBC.

Meskipun tidak sepenuhnya mencegah infeksi TBC, imunisasi ini efektif dalam mencegah bentuk TBC yang paling berbahaya, seperti TBC milier dan meningitis TBC pada anak-anak.

Di Indonesia, imunisasi BCG termasuk dalam program imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada bayi baru lahir.

Imuners juga bisa melakukan imunisasi BCG di Klinik Imunicare terdekat untuk mendapatkan pelayanan imunisasi sekaligus konsultasi.

2. Menjaga Ventilasi Udara

Hal selanjutnya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan TBC adalah dengan memastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik.

Ventilasi yang baik membantu mengurangi konsentrasi bakteri Mycobacterium tuberculosis di udara, terutama di ruangan tertutup.

Udara segar yang mengalir dengan baik dapat membantu mencegah penyebaran infeksi, terutama di lingkungan dengan banyak orang atau pasien TBC aktif.

Membuka jendela, menggunakan kipas angin untuk sirkulasi udara, dan memastikan ruangan mendapatkan cahaya matahari yang cukup dapat menjadi langkah efektif untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan.

Di fasilitas kesehatan, penggunaan sistem ventilasi mekanis seperti exhaust fan juga sangat dianjurkan untuk meminimalkan risiko penyebaran bakteri TBC di udara.

3. Hindari Kontak dengan Penderita TBC Aktif

Menghindari kontak langsung dengan penderita TBC aktif merupakan langkah penting untuk mencegah penularan penyakit ini.

Jika kontak tidak dapat dihindari, gunakan masker dengan filtrasi yang baik, seperti masker N95, untuk melindungi diri dari bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Selain itu, pastikan ruangan tempat perawatan memiliki sirkulasi udara yang baik agar partikel bakteri tidak mengendap di udara.

Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan pasien atau permukaan yang mungkin terkontaminasi.

Edukasi juga penting bagi keluarga atau tenaga kesehatan yang merawat penderita untuk memahami protokol pencegahan yang benar dan konsisten dalam menerapkannya.

4. Menjaga Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Makanan yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral, seperti buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, serta produk susu, dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam menangkal infeksi.

Selain itu, istirahat yang cukup sangat penting untuk membantu tubuh memulihkan energi dan memperbaiki sel-sel yang rusak akibat infeksi.

Aktivitas fisik ringan yang rutin juga dapat meningkatkan kesehatan paru-paru dan mendukung fungsi sistem pernapasan.

Menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebih juga berkontribusi signifikan dalam mencegah infeksi TBC berkembang lebih lanjut.

5. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin sangat penting untuk mendeteksi TBC sedini mungkin, terutama bagi individu yang memiliki risiko tinggi seperti anggota keluarga pasien TBC, petugas kesehatan, atau mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk.

Pemeriksaan dapat meliputi tes dahak, rontgen dada, dan tes kulit Tuberkulin (Mantoux test).

Pemeriksaan dini memungkinkan pengobatan dimulai lebih cepat, sehingga risiko penyebaran ke orang lain dapat diminimalkan.

Selain itu, dengan deteksi dini, pasien memiliki peluang lebih besar untuk sembuh total dan menghindari komplikasi serius akibat keterlambatan penanganan.

Untuk Imuners yang ingin melakukan pemeriksaan TBC atau cek kesehatan rutin, bisa datang ke Klinik Imunicare terdekat untuk mengetahui kondisi kesehatan saat ini.

Penutup

TBC bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah bersama yang membutuhkan perhatian dan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat.

Dengan memahami gejala, mematuhi pengobatan, dan menerapkan langkah pencegahan, kita dapat bersama-sama mengurangi angka kasus TBC di Indonesia.

Jangan lupa untuk melakukan imunisasi BCG di fasilitas kesehatan terpercaya seperti Klinik Imunicare untuk mendapatkan perlindungan yang lebih baik dari TBC.

Sumber